Ada baiknya dengarkan lagu ini
Profesional adalah merupakan jabatan yang diperoleh secara berkala dalam waktu tertentu dan oleh lembaga pendidikan dan berijazah. Guru adalah jabatan profesianal yang seharusnya jabatan yang sangat mulia ketika dilaksanakan sesuai amanah UUD 1945. Tidak ada yang menandingi jabatan lainnya kecuali jabatan guru. Guru mulia karena ilmunya dan berwibawa karena tingkah lakunya, sehingga orang tua dulu memberi istila guru itu “digugu lan ditiru”.
Memang sudah menjadi keharusan bagi kita jika menjadi seorang guru mempunyai 4 kemampuan diantaranya adalah kemampuan pedagogic, menguasai bidang ilmunya, mampu bersosialisasi, dan menguasai teknologi. Tetapi hal yang paling mendasar adalah aklhakul karimah. Tetapi ketika jabatan guru sudah dikotori oleh kepentingan dunia dengan payung birokrasi yang ruwet, maka pendidikan menjadi ajang mencari pekerjaan bagi mereka yang nganggur. Atau menjadi ladang bisnis bagi mereka yang mempunyai lembaga Bimbel (bimbingan belajar). Sungguh sangat memprihatinkan nasib pendidikan Indonesia sekarang ini. Paradigma guru sebagi pengayom siswa-siswinya sekarang justru menjadi sipir dilingkungan sekolah. Allahu akbar.
Hanya kesadaran dan panggilan nuranilah kita akan menjadi seorang guru yang professional. Bukan ingin disenangi kepala sekolah, atau mencari muka didepan siswa lebih-lebih didepan masyarakat. Mungkin sedikit kita merenungkan tembang adik-adik kita yang secara tulus mengakui bahwa jabatan guru itu mulia.
KEPADA GURUKU
Kita jadi bisa menulis dan membaca
Karena siapa….
Kita jadi tahu beraneka bidang ilmu
Dari siapa.....
Kita jadi pintar
Dibimbing pak guru
Kita bisa pandai
Dibimbing bu guru
Guru bak pelita
Penerang dalam gulita...
Jasamu tiada tara...
Semoga tulisan dan ungkapan sebuah lagu yang dinyanyikan siswa kita itu betul-betul memberikan inspirasi pada kita. Pengetahuan dan kepintaran siswa kita tak lain dari kita sebagai seorang guru jika kita memberikan dengan ikhlas tanpa ada maksud lainnya. Namun ketika kita mengajar dengan rasa terpaksa dan penuh amarah, rasanya kecerdasan yang kita harapkan pastinya akan menjadi sirna.
Guru bak pelita bangsa, sungguh kata-kata penghormatan yang tulus dan sederhana. Namun mengandung arti yang luar biasa. Perumpamaan sebuah lilin yang menerangi ruangan, tetapi tidak memperdulikan dirinya terbakar, subhanalah. Itulah sebenarnya yang harus kita lakukan semestinya sebagi guru. Kebijakan pemerintah tentang adanya sertifikasi guru hingga 2014, mungkin sebagi obat pelepas dahaga kita. Tetapi jangan dijadikan semua itu melupakan tugas utama kita yang tentunya sudah tertulis jelas di dalam UUD 1945 yaitu ”mencerdaskan kehidupan bangsa”. Marilah kita dalam hati kita ditata kembali niat kita menjadi guru. Mungkin ada baiknya kalau kita kembali ke khitah sekitar tahu 1960-an dimana guru betul-betul berjuang mengangkat harkat dan martabat bangsa ini dalam mengusir kebodohan di muka bumi pertiwi tercinta. Sesungguhnya amal kita tergantung dari niatnya. Jika kita menanam padi, rumput pun pasti tumbuh. Namun ketika kita menanam rumput mustahil akan tumbuh padi. Jika kita (guru) mengutamakan ilmu niscaya harta akan melimpah, namun ketika kita mengutamakan harta niscaya ilmu bakal musna. Semoga jadi koreksi kita semua Amin.(saiful)