Poposal Tesis

Pasca Sarjana Universitas Kanjuruhan Malang Buat Sahabatku di surabaya yang bahenol klik disini untuk download filenya tapi dilengkapi sendiri. Buat mahasiswa baru Pasca sarjana di Kanjuruhan yang sibuk nggak bisa kerjakan tugasnya dapat kerjasama dengan kilas pasuruan dengan membayar per tugas Rp 30.000
Rabu, 30 September 2009

PENDIDIKAN MULTIKULTURALISME

Pribadi yang Solider dan Toleran Individu dalam hal ini merupakan sosok tunggal dari manusia yang memiliki karakter khas, karakter fitrah yang melekat sejak lahir. Individu merupakan unsur yang melekat dalam proses pembentukan komunitas atau kelompok. Dimana disana terdapat komposisi-komposisi yang saling mempengaruhi satu sama lain, terkadang menjadi faktor perubahan sosial dalam struktur kelompok atau masyarakat. suku, agama, bahasa, gender dan budaya kelas.
Suku merupakan komunitas yang terbentuk secara sosio-kultual dalam suatu daerah. Agama merupakan ajaran yang berupa pengakuan akan keberadaan Tuhan dan sebagai sarana mendekatkan diri kepadaNya, bahasa merupakan sarana komunikasi aktif-pasif dalam proses interaksi sosial antar individu maupun kelompok, sedangkan pengertian gender memiliki beberapa definisi yang beragam, namun yang mendekati ialah peran yang dilakukan perempuan dan laki-laki dalam kehidupan sehari-hari, dan budaya kelas merupakan kultur yang tercipta sebagai nuansa yang mendorong terbentuknya dinamika kelompok Dari sekian komunitas diatas, masing-masing memiliki problematika yang berbeda terkadang pula muncul konflik, yang tercipta atas konsekuensi kondisi multikultural. Peran individu sebagai subjek memang sangat berpengaruh disamping faktor ekstern, spt; lingkungan, pendidikan, keluarga, dll. Seperti yang disebutkan dalam buku “Pendidikan Multikultural;cross-cultural understanding untuk Demokrasi dan Keadilan”, karya M. Ainul Yaqin, bahwa problem yang terjadi dalam keberagamaan, diantaranya: pengakuan negara terhadap agama dan kepercayaan, konflik keagamaan di Indonesia, dan paradigma pemahamaan keagamaan yang eksklusif. Problem yang terjadi dalam bahasa, diantaranya; politisasi bahasa, pelarangan penggunaan bahasa tertentu, dan stereotip bahasa. Problem yang terjadi pada gender diantaranya; ketidakadilan gender, pemahaman gender tradisional, serta perempuan dan peran-peran strategis. (M.Ainul Yaqin;2005). Selain itu, problem yang terjadi pada suku atau etnis tertentu diantaranya; sikap etnosentrisme, yakni menggunakan standar norma dan nilai kebudayaannya untuk menilai kebudayaan orang lain, pandangan stereotip, yakni keyakinan seseorang untuk menilai yang didasarkan atas pengetahuannya serta pengalaman, dan prasangka. ( Syarifuddin Iskandar;2006. Problem yang terjadi tidak lain merupakan sebuah konsekuensi atas keberagaman dan model multikultural yang terjadi saat ini. Individu sebagai pelaku, dalam hal ini mempengaruhi proses dinamika horizontal atas kondisi multikultural tersebut, sehingga mengharuskan suatu sikap kedewasaan berfikir dan berperilaku. Dari sana sikap toleransi, solidaritas, dan empati yang dimiliki oleh setiap individu merupakan suatu keharusan dan kebutuhan dalam rangka mewujudkan suatu tatanan masyarakat yang bernilai tinggi, dan demi terciptanya stabilitas yang dinamis. Terutama dalam hal ini, adalah toleransi beragama, yang menurut Will Kymlicka merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kondisi masyarakat liberal Pribadi yang solider dan memiliki sikap toleran ini menjadi sebuah perwujudan atas pengakuannya akan kondisi masyarakat yang plural, sehingga tuntutan kesamaan dan persamaan dalam hal ini menjadi sesuatu yang niscaya. Sebuah proses pendidikan multikultural menjadi suatu yang melandasi atas proses kepemahaman individu diatas. Dimana proses pemahaman akan kondisi realitas dan sikap yang terjadi mestilah mampu mewujudkan sikap bijak individu dalam bersikap dan berprilaku Suatu kelompok atau komunitas merupakan sekumpulan individu yang bersatu atas kesadaran, yang memiliki hubungan timbal balik, dan memiliki tujuan bersama. Meskipun disana sebenarnya, peran individu menjadi kecil karena dia juga mesti berbagi hak dengan orang lain dalam kelompoknya, dalam artian disana muncul hak kolektif dan hak individu. Selaras dengan Mill, bahwa ‘individu akan hilang dalam massa’.Meskipun tidak hilang seluruhnya. Dinamika kelompok kadang tercipta dari sebuah benturan-benturan ringan (yang tidak sampai pada konflik), namun tak sedikit pula yang juga diikuti oleh konflik. Dikarenakan interaksi sosial yang begitu intensif atau pola interaksi yang bermasalah, dan ketidakpemahaman akan kondisi perbedaan baik secara kultural maupun struktural, maka disanalah muncul konflik. Dampak terbesar atas konflik ialah korban jiwa, harta benda, dan memunculkan trauma psikologis individu maupun kelompok. Namun disisi lain, konflik dalam hal ini mampu mewujudkan peningkatan rasa solidaritas dalam kelompok, munculnya perubahan atas kesadaran individu maupun kelompok akan kondisi perbedaan dan dampak konflik yang terjadi, dll.
referensi Dr. Syarifudin Iskandar. 2006. “Konflik Etnik Dalam Masyarakat Majemuk”. UM Press; Malang. M. Ainul Yaqin. M.Ed. 2005. “Pendidikan Multikultural;cross-cultural understanding untuk Demokrasi dan Keadilan”. Pilar Media; Yogyakarta Will Kymlicka. 2003. “Kewargaan Multikultural;teori liberal mengenai hak-hak minoritas”. LP3ES; Jakarta Sayyid Muda Widiyarto. (Mahasiswa Fakultas Filsafat UGM, dan Santri Pesantren Mahasiswa Daaru Hiraa, DIY)