Jumat, 29 Oktober 2010
TIPE GAYA KEPEMIMPINAN
Menjadi seorang pemimpin idaman bukanlah perkara mudah seperti yang dicontohkan oleh baginda rosul. Pemimpin sejati yang memberikan contoh tauladan yang baik kepada para sahabat-ahabatnya, terutama pada umatnya. Nabi selalu memberikan kesempatan kepada para sahabatnya untuk berkreativitas, membangun daya cipta maupun daya guna. namun tidak jarang beliau melakukan teguran-teguran bagi para sahabatnya yang dirasa salah tidak sesuai syari'at islam.
Sebenarnya apa yang sudah ditulis didalam banyak buku-buku referensi tentang kepemimpinan, sudah jauh 400 abad lebih sosok manusia bernama muhammad telah mengimplementasikan sesuai ajaran islam. Rasanya tidak berlebihan atau memang seharusnya kita katakan bahwa Alqur'an adalah sumber dari segala sumber hukum manusia. Alqur'an dilisensikan bagi manusia agar menjadi pemimpin yang adil. Pemimpin yang menjadi pemimpin PANCASILAIS, bukan menjadi pemimpin PANCASIALIS.
Dari penelitian yang dilakukan Fiedler yang dikutip oleh Prasetyo (2006) ditemukan bahwa kinerja kepemimpinan sangat tergantung pada organisasi maupun gaya kepemimpinan. Apa yang bisa dikatakan adalah bahwa pemimpin bisa efektif ke dalam situasi tertentu dan tidak efektif pada situasi yang lain. Usaha untuk meningkatkan efektifitas organisasi atau kelompok harus dimulai dari belajar, tidak hanya bagaimana melatih pemimpin secara efektif, tetapi juga membangun lingkungan organisasi dimana seorang pemimpin bisa bekerja dengan baik. Lebih lanjut menurut Prasetyo, gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan dalam proses kepemimpinan yang diimplementasikan dalam perilaku kepemimpinan seseorang untuk mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan apa yang dia inginkan. Selain itu menurut Flippo (1987), gaya kepemimpinan juga dapat didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut University of Iowa Studies yang dikutip Robbins dan Coulter (2002), Lewin menyimpulkan ada tiga gaya kepemimpinan; gaya kepemimpinan autokratis, gaya kepemimpinan demokratis, gaya kepemimpinan Laissez-Faire (Kendali Bebas)
A. Gaya Kepemimpinan Autokratis
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan. Menurut Rivai (2003), kepemimpinan autokratis adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi. Robbins dan Coulter (2002) menyatakan gaya kepemimpinan autokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung memusatkan kekuasaan kepada dirinya sendiri, mendikte bagaimana tugas harus diselesaikan, membuat keputusan secara sepihak, dan meminimalisasi partisipasi karyawan. Lebih lanjut Sukanto (1987) menyebutkan ciri-ciri gaya kepemimpinan autokratis :
- Semua kebijakan ditentukan oleh pemimpin
- Teknik dan langkah-langkah kegiatannya didikte oleh atasan setiap waktu, sehingga langkah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti untuk tingkatan yang luas
- Pemimpin biasanya membagi tugas kerja bagian dan kerjasama setiap anggota. Sedangkan menurut Handoko dan Reksohadiprodjo (1997), ciri-ciri gaya kepemimpinan autokratis (p. 304):
- Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin.
- Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat, dan jika dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih.
- Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok
- Lebih memperhatikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.
- Menekankan dua hal yaitu bawahan dan tugas
- Pemimpin adalah obyektif atau fact-minded dalam pujian dan kecamannya dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan.
- Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan partisipasi minimal dari pemimpin.
- Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang membuat orang selalu siap bila dia akan memberi informasi pada saat ditanya.
- Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas.
- Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian.
- Pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri.
- Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum.
- Bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan untuk mencapai tujuan dalam segala hal yang mereka anggap cocok.