Rabu, 17 November 2010
KURIKULUM MATEMATIKA SD BIKIN SISWA BODOH
Awalnya saya tidak begitu terlalu memperdulikan cakupan-cakupan materi di sekolah dasar (SD), terutama bidag studi MATEMATIKA karena memang saya bukan guru SD. Namun, banyaknya permintaan bimbel (Bimbingan Belajar) tingkat SD menjadi bertanya pada diri sendiri atau kepada anak dan orang tua, apakah matematika sulit? Tentu jawabannya bervariatif. Lalu, saya menjadi tertarik untuk membuka kurikulum matematika tersebut apalagi ditambah anak saya yang paling kecil sudah kelas III. Cakupan materi kelas I sampai kelas III mungkin tiada masalah, walupun banyak buku referensi yang dipakai sering salah cetak. Sehingga bagi guru yang kurang teliti dapat membahayakan siswanya.
Kita perhatikan sekarang materi kelas IV sampai VI, yang begitu luas sekali. Awalnya anak hanya sekedar diajarkan berhitung sederhana, tetapi anak sudah mulai belajar ilmu fisika. Contoh sedikit di kelas V, materi tentang debit air, kecepatan atau laju benda bergerak dll. Dalam kasus tersebut tentu penyajian materinya dalam bentuk soal cerita, yang sudah pasti maind set dan logical mathematic (logika matematika) anak masih kurang dan bahkan tidak ada sama sekali. Saya pernah diminta anak SD kelas V buat mengerjakan PR matematika yang diberikan gurunya. Saya tersenyum kecut karena menurut pendapat saya sendiri, rasanya tidak mungkin bisa dikerjakan oleh anak setingkat dia, seharusnya diberikan pada anak SMP kelas VIII.
Saya bingung apa yang harus saya lakukan untuk mengajarkan materi tersebut yang penuh dengan logika, semetara dia sendiri perkalian sederhana tidak bisa alias tidak lancar. Persoalan seperti ini bukan memberikan solusi dan motivasi siswa, malah justru menambah rasa gelisa (unhappy), bosan (boring), ketidak percayaan diri (no self confident) dan yang paling utama putus asa (hopeless).
Materi sederhana dan mudah dikerjakan itu mungkin sebagai key word (kata kunci) dalam meningkatkan confident anak didik. K.H. Abdurahman wachid (Gus Dur) pernah bilang bahwa materi SD seharusnya sudah disederhanakan agar kesan kepada anak bahwa matematika itu mudah. Jika tidak materi yang diajarkan tidak bikin siswa pintar tapi justru BODOH.
Menurut hemat saya kurikulum SD dibentuk model pola sebagai berikut:
- Kelas I materinya cukup hanya sebatas penjumlahan dan pengurangan biasa dan sederhana
- Kelas II materinya hanya tentang perkalian dan pembagian sederhana, sesekali digunakan sistim conga’an
- Kelas III materinnya tentang bilangan perkalian puluhan, perkalian ribuan pangkat dan akar sederhana ≤ 100
- Kelas IV materinya pembagian dengan metode poro gapit dan bilangan berpangkat
- Kelas V materinya hanya pengetahuan tentang Jam, operasional bilangan akar sederhana dan pecahan yang meliputi (penjumlahan, pengurangan, perkalian pembagian dan kolaborasi dari keempatnya
- Kelas VI materinya bangun dua dimensi, seperti mencari keliling dan luas dari benda seperti persegi, persegi panjang, segitiga siku-siku dan lingkaran dengan jari-jari atau diameter kelipatan 7